equest72 Blog

Friday, November 03, 2006

Behavioral economics

Daniel Goleman (psikologis dan penulis buku2 tentang Emotional Intelligence), pernah bilang gini:
Our emotion is far more powerfull than our intellect

Dalam dunia finance-investing, berlaku juga efek emosi dari para investor (suatu hal yang wajar, sebenarnya). Para investor, yang biasanya publik, sangat terpengaruh oleh komentar-komentar dari orang-orang yang dianggap ahli atau pengamat. Hanya karena, misalnya, orang tersebut bekerja di perusahaan investasi besar, maka kata-katanya sangat dipercaya. Dan pada saat berhadapan dengan goncangan pasar (yang hanya sebentar), maka langsung panik.

Karena orang lain melakukannya, maka saya pun melakukannya, demikianlah pikiran mereka. Dalam kondisi seperti ini, sering kali para investor ini yang justru merugikan dirinya sendiri, misalkan dengan menjual porto folio atau mengganti portofolionya. Padahal dengan melakukan ini (misal mengganti porto folionya), maka historical investment nya menjadi terputus. Ini lah yang menjadi alasan bahwa 90% dari pekerjaan seorang investor adalah bertahan di pasar (tentunya setelah menetapkan time-tested investment strategic).

Saya telah mencoba membuat daftar dari berita-berita dan komentar dari para pakar tentang Bursa Efek Jakarta:

3 Desember 2004: IHSG 1.000 gagal bertahan. IHSG = 997,698.
10 Januari 2005: Suatu pertumbuhan yang sangat moderat dapat kembali menjatuhkan IHSG ke level 750 pada akhir tahun 2005. Tulisan oleh Ferry Latuhihin, Chief Ecomonist BII.
11 Januari 2005: Aksi Ambil Untung Tekan IHSG 17 poin. IHSG = 1.015,478.
19 April 2005: IHSG dan rupiah turun tajam. IHSG = 1.060,189.
12 Juni 2005: Redemption reksa dana tak terbendung.
27 Juni 2005: Bursa Saham Masih Labil. IHSG = 1.135,67.
6 Juli 2006: Depresiasi rupiah koreksi indeks saham BEJ. IHSG = 1.137,17.
9 Agustus 2005: Minyak Melonjak, IHSG Tertekan. IHSG = 1.158,586.
15 Agustus 2005: IHSG dan Rupiah Anjlok. IHSG = 1.187,274.
19 Agustus 2005: Indeks BEJ terus tertekan. IHSG = 1.113,825.
30 Agustus 2005: Kurs Rupiah dan Saham Jatuh. IHSG = 981,052.
9 Maret 2006: Rp & indeks tertekan. IHSG = 1.223,596.
14 Juni 2006: Indeks & Rp kembali tertekan. IHSG = 1.236.
15 Juli 2006: IHSG & Rupiah goyang. IHSG = 1.303,508.

Lihat? Begitu banyaknya berita buruk sejak Desember 2004, namun indeks merangkak terus dari 900-an hingga 1.600-an. Kalau kita menaruh uang kita dalam (misalkan) TRIM Kapital, uang tersebut sudah naik 100% sejak Desember 2004. Terbayang, kalau membeli reksadana ini senilai 500 juta dan sekarang bernilai 1 M?

Saya menggunakan saran dari Jeremy Siegel dan James O'Shaughnessy bahwa untuk berinvestasi, seseorang perlu melihat rentang horison-nya. Saya memiliki rentang waktu 20 tahun, maka saya harus melihat jangka waktu investasi saya selama 20 tahun dan tidak melihat fluktuasi yang bersifat temporer.

Untuk bisa sukses dalam investasi di pasar saham, seperti dikatakan oleh Benjamin Graham: kemampuan mental harus juga dipersiapkan. Dan seperti penemuan Jeremy Siegel:
Tidak ada investasi dalam saham dengan rentang waktu 20 tahun yang gagal menciptakan uang

Salam investasi.

see other:
Investasi di Saham.
Wikipedia: Behavioral economics (mau diterjemahin ke Bhs Indo, kira-kira apa ya terjemahan behavioral economics?)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home