equest72 Blog

Thursday, March 29, 2007

Fast Food Nation

Hari ini di Harian Warta Kota, Jakarta, headline membahas tentang orang yang meninggal karena obat pelangsing. Saya engga sempet beli atau pun membaca isi berita nya; tapi isi pesannya jelas: tentang obat-obatan atau vitamin, faktor keamanan adalah yang paling utama. Tendensi manusia untuk cepat sembuh, cepat langsing, sering kali menimbulkan masalah, berupa efek samping yang berbahaya.

Baru-baru ini saya menonton DVD berjudul The Fast Food Nation, yang merupakan adaptasi dari buku karangan Eric Schlosser dan saya sudah membaca buku ini. Ya, kita telah menjadi korban dari industri makanan akibat ulah kita sendiri, dimana kita menginginkan yang serba instan, serba cepat. Pada jaman dulu, setiap rumah membuat makanannya masing-masing, sedangkan saat ini, hampir bisa dipastikan bahwa di rumah kita telah tersedia makanan yang siap untuk disajikan (misal makanan kaleng atau kentang siang goreng). Industri makanan telah berkembang demikian pesat dengan persaingan yang tinggi, sehingga satu-satunya cara untuk mendapatkan profit adalah dengan memproduksi makanan dengan cara yang paling efisien dan dalam volum yang banyak.

Dus, dihasilkan apa yang disebut dalam buku The Wellness Revolution sebagai empty calorie. Yaitu makanan yang mengandung sedikit sekali (atau bahkan tanpa) nutrisi yang diperlukan tubuh, tetapi mengandung banyak sekali kalori. Bila kalori ini dikonsumsi oleh manusia, maka langkah pertama yang akan dilakukan oleh tubuh adalah mengubahnya menjadi gula darah, dan bila jumlah gula darah di dalam aliran darah sudah cukup, maka akan disimpan dalam bentuk lemak di bawah kulit. Oleh karena itu lah, mengapa manusia jaman modern sangat sulit untuk mengurangi berat badan.

Kembali ke industri makanan tadi. Makanan yang kita makan bukan lah seperti apa yang kita bayangkan. Ada sebuah industri yang cenderung rahasia yang berada di balik industri makanan, yaitu industri penghasil rasa (flavor). Coba perhatikan di setiap makanan yang dikonsumsi oleh anak kita, hampir semuanya memiliki flavor (cita rasa buatan), yang menurut produsen makanan dikatakan masih dalam ambang batas aman. Ya, betul memang... oleh Foods and Drugs Administration (FDA), Amerika, pencita rasa ini dikategorikan GRAS (Generally Regarded As Safe). Namun, Eric Schlosser berpendapat bahwa dalam waktu konsumsi yang lama (tahunan), maka efek samping dari pencita rasa buatan ini akan timbul dalam berbagai bentuk seperti kanker, serangan jantung dan lain-lain.

Perusahaan pencita rasa seperti Industrial Flavors and Fragarances, Givaudan, Firmenich, memproduksi cita rasa untuk makanan seperti memproduksi bahan baku untuk lipstick, parfum, cat dan produk kimia lainnya.

Untuk lebih jelasnya bacalah cuplikan dari tulisan Schlosser di sini: Why McDonald's Fries Tastes So Good.

Labels:

Saturday, March 10, 2007

WiMax & 3G

Bisnis Indonesia, 27 Februari 2007, halaman T2 berjudul:

Regulator: Wimax tidak berbenturan dengan 3G

Mari kita perhatikan dengan lebih mendalam.

Para vendor penyedia teknologi menggunakan istilah evolusi, untuk mengakomodasi perkembangan teknologi nirkabel (wireless), dimana:

1G: analog, voice only.
2G: digital, narrowband.
2.5G: digital, more data orientation.
3G: digital, broadband (144 Kbps - 2 Mbps).
4G: digital, broader band (percobaan di Docomo: up to 1 Gbps).

Evolusi, adalah proses dimana DNA dari orang tua diturunkan kepada anak, dengan sedikit perubahan. Dalam jangka waktu yang sangat lama, perubahan DNA ini menghasilkan spesies yang betul-betul baru.

Jadi, argumen nya: bila GSM (2G) adalah evolusi dari AMPS (1G), kemana kah Komselindo dan operator 1G lainnya? Salah satu kolega saya, kebetulan, pernah bekerja di Komselindo dan saat ini Komselindo is completely out of businsess. Bukan saja, operator harus mengganti semua BTS AMPS, tetapi pelanggan AMPS pun harus mengganti handset-nya. Jadi, memang sangat berbeda, sehingga tidak ada DNA dari AMPS yang bisa ditemukan di dalam GSM.

Oleh karena itu, saya berargumentasi bahwa perubahan teknologi ini bersifat disruptif (tidak evolutif).

Mari kita perhatikan WiMax.

Pada tingkat akses radio, GSM menggunakan teknologi Time Division Multiple Access (TDMA), yang berbeda dengan spektrum tersebar (spread spectrum) di dalam Universal Mobile Telephony System (UMTS) atau dikenal juga dengan Wideband CDMA (WCDMA). GSM dikenal sebagai 2G dan UMTS dikenal sebagai 3G, dari arah perkembangan GSM. Operator harus mengimplementasi BTS berbasis W-CDMA bersamaan dengan jaringan GSM (teknik overlay).

Sedangkan dari arah CDMA, teknolgi 2G nya bisa disebut cdmaOne, kemudian CDMA2000 (2.5 G), lalu EVolution Data Optimized, EVDO).

Tetapi, kemudian, kedua cabang nirkabel ini (GSM dan cdmaOne) sama sekali tidak kompatibel dengan WiMax.

WiMax menggunakan teknologi akses Orthogonal Frequency Division Multiple Access (OFDMA). Dan walau pun semua teknologi di 4G sudah menggunakan metode berbasis spektrum tersebar, mereka tidak saling kompatibel. Saya sangat mendukung argumentasi di Wikipedia yang mengatakan bahwa teknologi2 ini sebenarnya saling competing tecnologies.

catatan:
Semua teknologi nirkabel sejak 3G ke atas, menggunakan spektrum tersebar.

Juga akan sangat tidak efisien, bila satu operator menjalan tiga platform sekaligus:
- 2G: GSM atau CDMA2000 (well, sebenarnya CDMA 2000 lebih masuk dalam kategori 2.5G).
- 3G: WCDM atau EVDO.
- 4G: WiMax Ref. E (full mobility).

Operator bukan saja kerepotan untuk mengembangkan ketiga platform ini, tetapi juga secara capex-wise, yaaaa... tidak wise gitu loh.
Mundurnya Sampoerna Telekomunikasi dari lelang lisensi 3G adalah sangat tepat..! Daripada ngabisin capex untuk menggelar 3G, kemudian capex untuk menggelar WiMax, why not directly jump to WiMax?

Labels: