equest72 Blog

Sunday, January 28, 2007

Mavericks at Works

(Oh, ternyata kalau di Indonesia hari Minggu, di Amrik sana masih Sabtu yak).
Maverick at Works, William C. Taylor & Polly La Barre, HarperCollins, 2006, Rp. 285.000.

Bener-bener buku bagus..! Belum tuntas dibaca, karena saat ini paralel membaca Daniel Goleman (Social Intelligence). Buku ini kembali mengingatkan saya akan Built to Last dan Good to Great nya Jims Collins.
Temuan William dan Jim Collins ternyata mirip2, seperti hasrat (passion). Setiap perusahaan yang berhasil ternyata terdiri atas orang-orang yang memiliki hasrat yang mendalam. Mereka memimpikan untuk membangun sesuatu yang bernilai, sesuatu yang berharga. Howard Schutlz dan Starbucks nya, sebagai contoh, memiliki hasrat yg sangat kuat untuk memberikan kualitas kopi dan layanan yang customer-centric. Saat ini, Howard Schultz adalah salah satu dari 400 orang terkaya menurut majalah Forbes. Ini yang menarik. Gambar di bawah ini adalah nilai investasi saya bila saya membeli saham Starbucks pada tahun 1995 dan menahannya selama 10 tahun (sampai tahun 2005).

Penjelasan gambar:
Garis hitam adalah nilai investasi saham Starbucks (SBUX).
Garis merah adalah nilai investasi dalam indeks S & P 500 (SPX).
Uang sejumlah US$ 10.000 pada tahun 1995 menjadi lebih dari US$ 100.000 dalam SBUX dan US$ 20.000 dalam SPX.
Temuan ini menarik, karena ada relasi antara passion dan wealth (it is worth the effort).
Yang berikutnya menarik perhatian adalah collective intelligence, dimana ide dan pemikiran secara kolektif jauh lebih baik daripada mencoba menyewa satu atau beberapa orang yang super-cerdas. Sebagai contoh bagaimana Microsoft bisa menduga bahwa sebuah operating system bersifat bebas -Linux- bisa menggoyang pengembangan dan riset yang mendalam selama bertahun-tahun atas Windows? Inilah kehadiran apa yang disebut Pro-Am. Buku ini mengatakan bahwa Pro-Am adalah "amateurs who work to professional standards". Tetapi, mengutip buku The Long Tail, Pro-Am juga bisa berarti kolaborasi antara Professional dan Amateur. Penemuan Supernova pada tahun 1987 (gambar di kiri) adalah hasil kolaborasi Pro dan Am ini.
Sekarang pertanyaannya, dengan begitu beragamnya inovasi (yang cenderung bersifat disruptif), hingga orang sekelas Bill Gates pun tidak mampu melakukan prediksi, apa yg harus dilakukan? Jawabannya adalah indeed, you can't do it yourself.
Bacalah buku yang bagus ini.
Sekarang bobo, besok kerja lagi.

Labels:

Friday, January 26, 2007

GoogleTube

It's nice to have Saturday. As a promise to myself, I will blog at least once a week (and that leaves Saturday or Sunday).


Saat ini lagi ramai2 nya user-generated-content, yaitu sebuah layanan dimana content-content nya tidak diisi oleh operator, tetapi oleh pengunanya sendiri. Kemudian, entah dari mana, muncul istilah Web 2.0. YouTube adalah salah satu yang pertama di antaranya. Tanpa business plan, tanpa target pendapatan, Chad Hurley dan rekannya mendirikan YouTube menggunakan dana seadanya pada Februari 2005. Tanpa disangka, YouTube mendapat respons yang sangat positif, ditandai dengan trafik hingga mencapai 70 juta video served everyday. Dalam website nya, YouTube dengan jelas menamakan dirinya sebagai: a consumer media company.


Kemudian masuklah Google pada 14 Novembr 2006, membeli YouTube seharga 1,65 Miliar Dollar Amerika (whew!), dalam bentuk saham. Untuk sebuah perusahaan yang tidak menghasilkan uang, ini sangat mengejutkan. Valuasi perusahaan Google yang mencapai 150 Miliar Dollar (it's over price, actually... but I will not talk about it today). Tanggal inilah dikenal dengan kelahiran Web versi 2.0. Salah satu alasan mengapa Google tertarik -argumen saya- adalah karena trafik yang luar biasa banyaknya. Ini adalah efek dari The Long Tail, dimana content tidak lagi disaring oleh editor resmi seperti koran, tetapi oleh publik.


Teori Chris Anderson, dalam bukunya The Long Tail mensyaratkan content harus tersedia mulai dari yang paling populer (mainstream) hingga yang paling tidak populer (niche). Era ini dikenal juga dengan Recommendation Age, alih-alih Information Age. Hanya saja, seperti dalam teori The Long Tail, diperlukan mesin pencari yang handal, sehingga content dengan mudah bisa dicari dan didapatkan (niche market memerlukan tools ini) dan Google sangat berpengalaman tentang hal ini.


Untuk saat ini, mari kita pantau terus fenomena perkembangan Web 2.0 ini.

Salam liburan!

Labels: ,

Saturday, January 20, 2007

The Long Tail

Ini buku yang sangat bagus. Chris Anderson dengan baik menerangkan mengenai ekonomi Ekor Panjang (The Long Tail), yang terjadi saat ini. Biasanya, kita mengenal konsep Pareto, yang ditemukan oleh Vilfredo Pareto yaitu proporsional 80/20. Misal: kita mengenakan 20% dari koleksi pakaian sebanyak 80% dari waktu. Atau 20% dari pelanggan perusahaan memberikan 80% dari total pendapatan. The Long Tail membuktikan hal yang berbeda.

Dalam penelitiannya, Anderson menemukan bahwa pada umumnya hanya blockbuster atau major hits, yang mendapat perhatian dalam skala ekonomi. Tapi, pada saat ini, kultur telah terpecah menjadi ratusan atau bahkan ribuan segmen, yang jumlahnya sedikit-sedikit. Dalam kasus normal, niche segment ini tidak layak untuk dibisniskan. Hal ini berhubungan dengan biaya produksi dan biaya distribusi. Tetapi oleh dorongan teknologi, yaitu (yang ini adalah argumen saya sendiri): computing power, storage dan bandwidth, maka hal ini dapat terjadi.

Sebagai contoh: Rhapsody, yang menjual lagu-lagu berformat MP3. Secara skala ekonomis, jumlah CD atau kaset yang bisa dijual di toko-toko kaset dibatasi oleh rak-rak dan ruang yang ada. Sedangkan di Rhaposody, sebuah lagu MP3, tida lain dan tidak lebih hanyalah megabyte storage. Tidak peduli apakah lagu tsb di-download 1 juta kali atau pun hanya 1 kali, biaya produksi dan biaya distribusinya, dari sudut pandang teknologi penyimpanan adalah sama murahnya.

Google, pada hematnya adalah cheap computing power and storage. Terima kasih, karena para pendirinya adalah orang-orang yang harus berhemat, maka pada awal pendiriannya, Google menggunakan sisa-sisa komputer dan hard disk di Stanford (pada awalnya, Google dijalankan di atas platform Linux, programming C++ dan beberapa SUN server). Dan saat ini Google menangani iklan untuk perusahaan skala medium dan kecil, yang membayar hanya sekian sen per click nya. Namun, biar pun hanya bernilai sen setiap transaksinya, karena volumenya besar maka: nilai total (dalam dollar), maka pasar ceruk ini bernilai sama dengan pasar mainstream.

Dalam Long Tail, informasi yang ada sedemikian banyaknya, karena filter konvensional yanada seperti editor koran tidaklah ada. Editor dan filter di dalam Long Tail lebih ke arah publik. Inilah yang menyebabkan Long Tail Mass Media seperti Digg menjadi sangat populer. Dalam Digg, semua content di-submit oleh user. Inilah era yang disebut Recommendation Age (sebagai ganti dari Information Age). Blogs, pada intinya adalah filter juga dan pada saat kita mulai percaya kepada sebuah blog dan rekomendasi2-nya. MySpace, MS XBox Live, iTunes, Video Google, Oh My News, YouTube dan Wikipedia adalah contoh-contoh lain penyedia layanan content di Long Tail. Sedangakan (menurut pendapat saya) operator seperti NTT Docomo adalah penyedia Long Tail wireless.

Yang menarik adalah (halaman 106):
For the first time in history, we're able to measure the consumption patterns, inclinations, and tastes of an entire market of consumers in real time, and just as quickly adjust the market to reflect them. Theses new tastemakers aren't a super-elite of people cooler than us; they're are us

Terus, apa kunci keberhasilan dalam ekonomi Long Tail? Anderson berpendapat bahwa perusahaan yang akan berhasil adalah perusahaan yang memberikan service and content (tanpa difiliter) mulai dari kepala hingga ke ekor.

Selamat membaca... dijual di toko buku seharga Rp. 150.000.
(tuh kan, saya jadi kasih rekomendasi)

Labels:

Fingerprints of the Gods

Saya barusan baca buku Fingerprints of the Gods, atas rekomendasi dari seorang kawan. Sebagai pelahap buku, ya saya embat juga. Saya seneng belajar sejarah, karena biasanya mengandung misteri yang hingga kini menjadi misteri.

Sebuah peta, dibuat pada jaman kerajaan Ottoman, oleh Piri Reis, salah seorang pemimpin dalam angkatan laut dalam kerajaan itu, telah ditentukan tahun pembuatannya yaitu 1513. Masalahnya adalah ini: Antartika digambarkan sebagai sebuah pulau tanpa es, sebuah pulau dengan daratan sepenuhnya. Padahal, penggambaran Antartika sebagai sebuah pulau tanpa es baru dibuat 300 tahun kemudian. Bahkan, peta yang dibuat oleh orang Rusia pada awal abad 19, tidak menggambarkan adanya Benua Antartika. Dari mana Piri Reis bisa menggambarkan adanya Benua Antartika tanpa es ini? Dijelaskan bahwa Piri Reis sesungguhnya membuat peta tersebut dengan cara mengambil dari sumber-sumber yang lebih kuno. Ini menjadi pertanyaan: siapa yang menggambar sumber-sumber yang lebih kuno itu?


Misteri lainnya adalah patung Sphinx yang berada di Giza, Mesir. Patung batu ini pada awalnya diperkirakan dibuat pada jaman Faraoh Khafre, dinasti ke-4 yang berkuasa di Mesir kuno pada saat itu. Tetapi, penelusuran sejarah yang mendalam menemukan fakta bahwa patung Sphinx sudah ada jauh sebelum orang Mesir kuno ada, bahkan sampai prehistorik, jaman di mana (kita menganggap) peradaban dan teknologi belum maju. Kita yang hidup di jaman modern ini sering suombong, menganggap kita sudah sangat advance, padahal klo disuruh mbangun Candi Borobudur tanpa semen juga engga bisa.... hehehe.

Jadi, kenapa dan apa tujuan adanya patung Sphinx? Graham Hancock menjawab dalam bukunya, bahwa berhubungan dengan rotasi rasi bintang yang ada, maka pada sekitar 10.450 SM, patung Sphinx secara garis lurus memandang langit yang menampilkan rasi Leo (sesuai dengan model singa dari patung Sphinx), lihat gambar.

Misteri lain yang diceritakan adalah: Piramida di Mexico, gambar-gambar di Nazca, Peru. Semuanya diceritakan dibuat bukan oleh penduduk Mexico atau pun Peru, tetapi berdasarkan cerita-cerita yang ada dibuat oleh 'pendatang', bukan alien, tetapi semi-gods. Bahkan, mengapa pendudukan Mexico oleh Bangsa Spanyol dapat berjalan dengan mulus, adalah karena para penduduk Mexico menyangka mereka adalah semi-gods yang diceritakan secara turun-temurun akan datang kembali ke Mexico.
Jadi jelas, bahwa pernah ada peradaban yang sangat maju pada jaman dahulu kala dan kemudian hilang. Gone with the wind. Nah, ini yang mungkin akan membedakan jaman ini, dimana dengan adanya Internet, sumber-sumber pengetahuan bisa didokumentasikan, sehingga 100 atau 1.000 tahun dari sekarang, tulisan-tulisan kolektif yang ada di Internet, seperti Wikipedia dan blog tetap bisa tersedia untuk generasi berikutnya.
Saya jadi terpikir untuk mulai mengumpulkan bahan2 untuk membuat tulisan tentang berbagai sejarah dan misteri di Indonesia yang sangat jarang ditulis oleh orang Indonesia sendiri!

Untuk selanjutnya, saya ingin cari buku-buku Graham Hancock yang lainnya.
;-)

Labels:

Friday, January 19, 2007

Indeks dan Efek Januari

Senang bisa menulis kembali, setelah tenggelam dalam pekerjaan yang menghabiskan energi...

Well, tiga minggu pertama bulan Januari pada tahun 2006 dan 2007 ini memiliki kondisi yang menarik untuk dikaji.

Dua tahun terakhir ini (2006 dan 2007) bisa dikatakan bawah para investor lokal di Bursa Efek Jakarta mendapat cukup banyak pelajaran. Pada tiap bulan Januari, biasanya ada Efek Januari, yaitu situasi dimana para fund manager dan pemilik saham menjual share nya, sehingga menimbulkan penurunan harga.

Sebenarnya, saya jg agak bingung... kalau saham perusahaan yang dibeli si fund manager dan investor tersebut bagus, mengapa dijual? Katanya karena pada Bulan Desember terjadi window dressing, yaitu ada upaya dari emiten untuk memperbaiki harga sahamnya. Tapi ini juga sebenarnya aneh. Kalau memang perusahaan tersebut memiliki potensi yang bagus, ngapain juga melakukan cosmetic make over?

Tapi oke lah... kita liat pada Januari 2007, sempat terjadi penurunan indeks komposit (IHSG) yang signifikan yang disebabkan oleh
pertama, sentimen negatif yang terjadi di Thailand, dimana diberlakukan pembatasan kepemilikan asing dan kedua, sentimen negatif karena turunnya nilai saham PGN secara drastis (lebih dari 20% dalam satu hari), yang diduga terjadi salah informasi yang diberikan oleh manajemen PGN, yang berkenaan dengan proyek pipa gas SSWJ. Kemudian, sentimen negatif ini menyeret saham lainnya. Pada hari berikutnya, manajemen PGN sudah melakukan klarifikasi mengenai proyek SSWJ ini, bahka menginformasikan bahwa walaupun terjadi kelambatan dalam pekerjaan pipanisasi SSW, pendapatan PGN diprediksi naik 64% dari 132% proyeksi sebelumnya (not bad, juga sebenarnya). Berbeda dengan 2 minggu pertama Januari 2007, pada tahun 2006, tampaknya tidak terjadi Efek Januari, indeks terus saja meningkat. Tampaknya, para investor lokal mulai belajar bahwa perusahaan dengan valuasi di bawah nilai wajarnya (fair value) selalu layak untuk dibeli.

Pada intinya, dari berbagai literatur yg saya pelajari sentimen pasar sering tidak sejalan dengan nilai wajar sebuah perusahaan. Pada saat harga saham sebuah perusahaan di bawah fair value nya, sering sekali investor menjadi ragu untuk membeli saham tersebut, takut harganya akan semakin turun. Tetapi pada saat harga saham nya sudah naik (bahkan melebihi) fair value, si investor tetap tidak membelinya (sambil menyesal) karena tahu bahwa nilai saham perusahaan tersebut sudah ketinggian.

Tampaknya, salah satu tujuan dari penurunan nilai saham memiliki fungsi penyaringan juga, dimana investor long run saja yang akan bertahan, sedangkan investor short run akan segera ikutan menjual portofilionya. Dan kembali ke temuan Prof. Jeremy Siegel dalam bukunya Stocks for the Long Run dan The Future of Investors bahwa tidak ada investasi di dalam saham, dalam jangka waktu 20 tahun, yang gagal menciptakan uang.

Untuk selanjutnya, kita tunggu sampai akhir Januari ini...
:-)

Blog yang berhubungan:
Investasi di saham

Labels: